BANDUNG, KOMPAS - Indonesia dan Korea Selatan sedang menjajaki kemungkinan kerja sama pembuatan pesawat tempur dengan teknologi lebih canggih di atas Sukhoi. Jika tercapai kesepakatan, kerja sama itu akan berlangsung selama 10 tahun dengan nilai pengembangan mencapai 6 miliar dollar AS.
Hal itu diungkapkan Direktur Utama PT Dirgantara Indonesia (Persero) Budi Santoso, Kamis (23/9) di Bandung, Jawa Barat, saat pembukaan acara pameran kedirgantaraan Bandung Air Show di Pangkalan Udara TNI Angkatan Udara Husein Sastranegara. ”Ini proyek Kementerian Pertahanan. Kami sebagai industri pembuatan pesawat terbang sebagai pelaksana dan kontraktor di lapangan,” katanya.
Pesawat tempur yang dimaksud, menurut Budi, akan dikembangkan dengan teknologi yang lebih tinggi di atas pesawat Sukhoi buatan Rusia yang tergolong pesawat tempur generasi keempat. Namun, kemutakhiran teknologi pesawat buatan RI-Korsel ini masih di bawah pesawat F-35 yang saat ini dimiliki AS dan merupakan pesawat tempur generasi kelima. ”Kecanggihan pesawat ini berada di antara kedua generasi pesawat tempur itu,” katanya.
Untuk proyek ini, Indonesia ditawari menanggung 20 persen biaya pengembangan, sedangkan Korsel 80 persen, yakni 60 persen dari Pemerintah Korsel dan 20 persen sisanya ditanggung industri pesawat terbang nasional di sana, yaitu Korean Aerospace Industry.
Kegiatan Bandung Air Show itu sendiri digelar Pemerintah Kota Bandung bekerja sama dengan TNI Angkatan Udara dalam rangkaian peringatan 200 tahun Kota Bandung. Acara yang berlangsung pada 23-26 September itu diisi atraksi dan pameran 137 pesawat, baik militer, sipil, olahraga, maupun aeromodelling.
”Kegiatan ini diharapkan mewadahi potensi kedirgantaraan di Kota Bandung,” kata Komandan Lanud TNI AU Husein Sastranegara Kolonel (Pnb) Asep Adang Supriyadi.
Sumber: KOMPAS
Berita Terkait:
0 komentar:
Post a Comment