ALUTSISTA ARDAVA BERITA HANKAM CAKRA 401 SUBMARINE DEFENSE STUDIES INDO-DEFENSE INDONESIA DEFENSE INDONESIA TEKNOLOGI RINDAM V BRAWIJAYA THE INDO MILITER
Formil MIK Formil Kaskus Formil Detik.COM
PT.DI LAPAN LEN NUKLIR PAL PINDAD RADAR RANPUR ROKET RUDAL SATELIT SENJATA TANK/MBT UAV
TNI AD TNI AL TNI AU
HELIKOPTER KAPAL ANGKUT KAPAL INDUK KAPAL LATIH KAPAL PATROLI KAPAL PERANG KAPAL PERUSAK KAPAL SELAM PESAWAT TEMPUR PESAWAT ANGKUT PESAWAT BOMBER PESAWAT LATIH PESAWAT PATROLI PESAWAT TANKER
KOPASSUS PASUKAN PERDAMAIAN PERBATASAN
  • PERTAHANAN
  • POLRI POLISI MILITER
  • PBB
  • NATO BIN DMC TERORIS
    AMERIKA LATIN AMERIKA UTARA BRASIL USA VENEZUELA
    AFGANISTAN ETHIOPIA IRAN ISRAEL KAZAKHTAN KYRGYZTAN LEBANON LIBYA MESIR OMAN PALESTINA TIMUR TENGAH YAMAN
    ASEAN AUSTRALIA Bangladesh BRUNAI CHINA INDIA INDONESIA JEPANG KAMBOJA KORSEL KORUT
    MALAYSIA Selandia Baru PAKISTAN PAPUA NUGINI Filipina SINGAPURA SRI LANGKA TAIWAN TIMOR LESTE
    BELANDA BULGARIA INGGRIS ITALIA JERMAN ROMANIA RUSIA UKRAINA
    MIK News empty empty R.1 empty R.2 empty R.3 empty R.4

    Wednesday, May 18, 2011 | 3:54 PM | 0 Comments

    ASEAN Bertekad Kurangi Ketergantungan Pembelian Alutsista Luar Kawasan


    Menhan Purnomo Yusgiantoro dalam pidatonya di seminar "Revitalisasi Industri Pertahanan untuk Kemandirian Alutsista dan Perluasan Pembangunan Ekonomi" di Wisma ANTARA, Jakarta, Rabu.

    Jakarta - ASEAN bertekad mengurangi ketergantungan pengadaan alat utama sistem persenjataan dari luar kawasan, dengan merancang kemandirian industri pertahanan ASEAN yang ditargetkan selesai 2030.

    Menteri Pertahanan Malaysia Ahmad Zahid Hamidi, pada seminar "Revitalisasi Industri Pertahanan untuk Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi" di Jakarta, Rabu, mengatakan, selama ini total belanja alat utama sistem senjata negara-negara ASEAN setiap tahun mencapai 25 juta dolar AS.

    "Angka belanja itu harus kita kurangi secara bertahap hingga 12,5 juta dolar AS per tahun, dengan membangun kemandirian industri pertahanan ASEAN. Jadi produk industri pertahanan ASEAN dari dan untuk negara ASEAN," katanya.

    Apalagi, tambah Hamidi, selama ini antar negara ASEAN sudah terjadi saling pembelian alat utama sistem senjata semisal Singapura telah menjual peluncur roketnya ke Brunei Darussalam dan kapal Landing Platform Dock (LPD) ke Thailand.

    "Pembelian alat utama sistem senjata antar negara ASEAN dapat menjadi embrio bagi terwujudnya industri pertahanan ASEAN yang mandiri dan kuat," katanya.

    Terkait pembangunan industri pertahanan ASEAN yang mandiri itu, para menteri pertahanan ASEAN telah di bawah koordinasi Menhan Malaysia telah melakukan beberapa kali pertemuan untuk membahas rancangan kerja sama industri pertahanan ASEAN guna mendukung pertumbuhan ekonomi kawasan.

    "Konsep dan formulasi baku diperlukan untuk mewujudkan kolaborasi industri pertahanan ASEAN yang mandiri di masa datang, mengingat tingkat kebutuhan, spesifikasi teknik, tekonologi persenjataan masing-masing negara ASEAN sangat beragam," kata Hamidi.

    Ia menambahkan, "Kita membutuhkan komitmen dari masing-masing kepala pemerintahan negara ASEAN, kerja sama dari pemangku kepentingan dari masing-masing negara ASEAN, keseragaman, hingga dapat ditentukan standar baku produk industri pertahanan ASEAN yang dihasilkan bagi negara-negara ASEAN, seperti halnya negara-negara NATO yang telah memiliki standar baku untuk produk-produk pertahanan yang dihasilkan negara-negara NATO.

    "Jika Inggris dan Perancis yang berbeda bahasa, budaya dan pandangan politiknya bisa bekerja sama dalam membangun industri pertahanan Uni Eropa, mengapa Indonesia dan Malaysia yang memiliki latar belakang budaya dan bahasa sama, tidak dapat bekerja sama mewujudkan industri pertahanan ASEAN yang mandiri, bahkan kalau bisa dipercepat," kata Hamidi meyakinkan.

    Pada kesempatan yang sama Menhan RI Purnomo Yusgiantoro mengatakan, Indonesia masih berada dalam posisi lebih rendah dibandingkan Singapura, Thailand dan Malaysia dalam industri pertahanan nasional.

    "Namun, bukan berarti kita tidak siap. ASEAN, termasuk Indonesia merupakan pangsa pasar yang cukup besar untuk komoditi persenjataan, meski dar sisi budget Indonesia masih relatif kecil," katanya.

    Ia mengatakan, Indonesia termasuk empat negara ASEAN yang industri pertahanannya relatif stabil setelah Singapura, Thailand dan Malaysia.

    "Pangsa pasar yang besar ini dapat dikelola oleh ASEAN sendiri, akan lebih baik. Jadi, kedepan kita, umumnya ASEAN tidak akan lagi menjadi pengimpor penuh persenjataan dari luar kawasan. Selama dua hingga tiga dekade ASEAN pengimpor penuh untuk peralatan dan persenjataan, dirgantara, maritim, otomotif, teknologi komunikasi dan informasi," ungkap Purnomo.

    Sumber: ANTARA

    Berita Terkait:

    0 komentar:

    Post a Comment

     
    Copyright © 2010 - All right reserved | Template design by ADMIN | Published by MAJU INDONESIA KU
    Proudly powered by Blogger.com | Best view on mozilla, internet explore, google crome and opera.