
Kedua presiden akan membahas sengketa diplomatik bilateral, kata kementerian luar negeri Kolombia.
Setelah pelantikan Santos hari Sabtu, Chavez mengatakan dia ingin untuk bertemu langsu dengan dia.
Sebelumnya, Chavez menyeru kelompok pemberontak sayap kiri terbesar Kolombia, Farc, membebaskan seluruh sanderanya.
Chavez di masa lalu berhasil menjadi penengah dalam kesepakatan dengan Frac untuk membebaskan sebagian sandera.
Pekan lalu, Farc mengatakan mereka bersedia untuk mencari penyelesaian politik atas konflik yang telah berlangsung 46 tahun.
Dan, Juan Manuel Santos mulai menjabat presiden dengan mengisyaratkan dia akan bersedia berunding dengan pemberontak jika mereka setuju membebaskan sandera.
Hubungan membaik
Pemberontak sudah bertahun-tahun menjadi sumber sengketa antara Venezuela dan Kolombia.
Sengketa menghangat lagi bulan lalu, di bawah kepemimpinan presiden terdahulu Kolombia, ketika Kolombia meminta sidang luar biasa Organisasi Negara-Negara Amerika (OAS) untuk resmi mengadukan tuduhan bahwa pemberontak Kolombia muncul di wilayah Venezuela.
Dutya besar Kolombia mengajukan video, foto dan peta. Menurut dia, semuanya membuktikan ada sekitar 1.500 pemberotnak hidup dan berlatih di kamp-kamp di Venezuela.
Hugo Chavez langsung membantah tuduhan Kolombia dan memutus hubungan diplomatik negaranya dengan Kolombia.
Ketegangan kemudian mereda; Presiden Chavez mengirimkan Menteri Luar Negeri Nicolas Maduro ke pelantikan Presiden Santos hari Sabtu.
Maduro dan Menlu Kolombia, Maria Angela Holguin, mengadakan pembicaraan di Bogota hari Minggu. Pertemuan itu membuka jalan bagi pertemuan antara Presiden Chavez and Presiden Santos.
Namun, meski hubungan dua negara bertetangga itu bakal membaik, Chavez mengisyaratkan tidak akan ada perbaikan dengan Amerika Serikat.
Hari Minggu, dia menolak nama duta besar baru yang diajukan Presiden AS untuk Venezuela.
Chavez mengatakan tidak akan menerima Larry Palmer sebagai duta besar, sebab dia pernah menyatakan secara terisrat bahwa moral di jajaran militer Venezuela dan mengangkat kekhawatiran soal pemberontak Farc mendapatkan tempat berlindung di Venezuela.
Sumber: DETIK
Berita Terkait:
Amerika Latin
- Widodo Harjoprawito, Sang Ahli Balistik yang Pernah Jadi Penasihat Militer Bolivia
- TNI Kirim Pasukan Bantuan ke Haiti
- Brazil Menunda Pembelian Pesawat Tempur Sampai 2012
- EKUADOR HARAPKAN KERJASAMA ANGKATAN UDARA DENGAN INDONESIA
- Pengamat : Perang Korea Mempercepat Pembentukan Blok Baru
- Bolivia-Iran Kerjasama Alutsista
- Castro: Osama Bin Laden Agen CIA
- Chavez: Venezuela Telah Kirim Tentara
- Venezuela Kerahkan Pasukan
- Floating nuclear power plants
- Indonesia Berpartisipasi dalam Latihan Militer
- Paraguay Kerahkan 1.000 Tentara
- Peru membeli delapan helikopter Rusia untuk upaya memberantas narkoba
- Dua Helikopter Kolombia Jatuh
- Kolombia Tak Tertarik Perlombaan Senjata
VENEZUELA
- Venezuela Beli Senjata Rusia
- Venezuela Beli 12 Pesawat Transpor China
- Pengamat : Perang Korea Mempercepat Pembentukan Blok Baru
- Chavez: Venezuela Telah Kirim Tentara
- Venezuela Kerahkan Pasukan
- Venezuela protes penyusupan pesawat tempur Belanda
- Venezuela plant to make 50 million Kalashnikov rounds annually
- AS: Tidak Ada Militer Iran di Venezuela
- Chavez: Jangan Bodoh Yankee!
- Rusia akan Terus Pasok Senjata ke Venezuela
- Rusia Perluas Jejak di Amerika Latin
- Venezuela Terima Enam Pesawat Karakorum
- Hugo Chavez: Gempa Haiti Uji Coba Senjata Tektonik AS
0 komentar:
Post a Comment