Menurut Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro, penantian untuk memiliki roket pertahanan relatif lama dan telah menjadi cita-cita TNI maupun pemerintah Indonesia. "Enam tahun kita menanti lahirnya RHAN-12. Sekarang, kita bisa menyaksikan bersama bahwa roket itu telah ada dan telah diluncurkan," ujar Purnomo usai uji coba terakhir (finalisasi) peluncuran RHAN-12 di Pusat Latihan Tempur (Puslatpur) TNI Angkatan Darat, Baturaja, Palembang, Sumatera Selatan, Sabtu (6/11).
Tampak hadir, Menristek Suharna Surapranata, Kepala Staf Umum (Kasum) TNI Marsdya Edy Hardjoko, Sekjen Kemhan Marsdya Eris Herriyanto, Gubernur Sumatera Selatan Alex Noerdin, Kepala Balitbang Kemhann Pos M Hutabarat, Direktur Utama PT DI Budi Santoso, dan Direktur Utama PT Pindad Adik A Soedarsono, Komandan Diklat TNI AD, Pangdam Sriwijaya, serta Kepala BPPT.
RHAN-12 adalah hasil karya anak bangsa, yang dielaborasi melalui kerja sama pemerintah dengan Badan Usaha Milik Negara Industri Pertahanan (BUMNIP), serta kalangan akademisi. Di bawah koordinasi Menteri Pertahanan (Menhan), RHAN-12 diformulasikan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kemhan, Kementerian Riset dan Teknologi (Kemristek), Lembaga Penerbangan dan Antariksa (Lapan), PT Pindad, dan PT Dirgantara Indonesia (DI).
Roket yang akan menjadi bagian dari sejarah kemandirian alutsista Indonesia ini, telah dua kali melaksanakan uji coba peluncuran. Uji coba peluncuran pertama di tempat sama pada 12 Oktober 2010. "Namun, sebelum proses uji coba peluncuran, kita sudah melakukan penelitian dan analisa selama enam tahun," ujarnya. Selama enam tahun, kocek yang harus dikeluarkan untuk meneliti RHAN-12 mencapai Rp 7,8 miliar.
RHAN-12 tipe un-guide dan ground to ground ini, punya kecepatan terbang maksimum 1,8 mach dan waktu terbang bisa mencapai 63 second pada jarak jangkau 13 kilometer pada sudut elevasi 50 derajat.
Pos Hutabarat menjelaskan, 90 persen material RHAN-12 berasal dari dalam negeri. Hanya tabung dan proklam roket yang masih diekspor dari luar negeri, karena industri dalam negeri belum bisa membuatnya.
"Kami sudah meminta PT Pindad yang sudah bekerjasama dengan perusahaan di Malang untuk pengadaan roket ini," katanya. Ia menyakini, jangkauan RHAN-12 bisa ditingkatkan hingga 20 ataupun 30 kilometer.
Kebangkitan Industri Pertahanan
Purnomo menargetkan, dalam empat tahun ke depan 2010-2014, Indonesia akan membuat 1000 RHAN-12. Sebanyak 500 unit akan menjadi bagian dari alutsista TNI dan sebagian lagi akan diproduksi oleh negara luar yang menaruh minat untuk membeli RHAN-12.
"Harga satu roket diperkirakan hanya Rp 75 juta. Lebih murah jika beli dari luar yang harganya mencapai 110 juta rupiah per roket," katanya.
Kasum TNI mengatakan, selama ini TNI masih bergantung kepada Amerika serikat untuk pengadaan roket pertahanan. "Kemampuan RHAN-12 dengan produk yang dikeluarkan AS hampir sama. Tapi, kita bisa menekan anggaran dengan keberadaan RHAN-12," ujar Edy.
Sementara itu, Suharna menyakini, terwujudnya hasil karya anak bangsa untuk melahirkan roket RHAN-12 akan memacu anak bangsa lainnya, pemerintah dan para stacholder untuk berlomba-lomba menciptakan teknologi terbaru yang berguna bagi bangsa dan negara. "Tanpa teknologi, kita tak akan mampu bersaing dalam era modernisasi dan globalisasi," ujarnya.
RHAN-12 memompa kreatifitas Kemenristek dan lembaga teknologi lainnya yang dimiliki Indonesia untuk membantu membangun persenjataan yang canggih. Keberhasilan untuk membangun alutsista akan tercapai apabila terbangun atas atas dasar sinergitas program.
Sumber: SUARA KARYA
Berita Terkait:
0 komentar:
Post a Comment