Dua pesawat amfibi jenis Be-200 asal Rusia di Bandar Udara Sultan Mahmud Badaruddin II, Palembang, Sumatera Selatan, beberapa waktu lalu.
Semasa era Hindia Belanda, kepulauan terdepan Nusantara dijangkau dengan pelbagai sarana transportasi, seperti pelayaran terjadwal kapal-kapal uap Koninklijke Paketvaart Maatschappij hingga pesawat-pesawat amfibi yang bisa mendarat di air.
Satuan pesawat amfibi milik Militaire Luchtvaart (Dinas Penerbangan Militer) dan Angkatan Laut Hindia Belanda (Koninklijke Marine) menjangkau pulau-pulau terluar, seperti Kepulauan Mentawai di pesisir barat Pulau Sumatera.
David Mondey dalam buku Axis Aircraft of World War II menulis, Kerajaan Belanda secara khusus memesan pesawat Dornier Do 24 dari Jerman. Sebagian pesawat dibuat berdasarkan lisensi di De Schelde. Schelde merupakan kawasan industri dan galangan kapal yang hingga kini memasok sebagian kebutuhan Angkatan Laut Republik Indonesia.
Dornier 24 mengusung tiga mesin dan didesain untuk dioperasikan di Hindia Belanda pada tahun 1935. Dornier 24 menggantikan peran pesawat amfibi Dornier Wals.
Semula dipesan 48 unit pesawat Do 24. Sebanyak 25 pesawat diserahkan kepada Kerajaan Belanda dan dikirim ke Nusantara. Perang Dunia II keburu pecah di Eropa, Belanda pun diduduki Jerman. Sebanyak 11 Dornier 24 yang sedang dibangun di Schelde itu pun disita pihak Nazi.
Legenda Catalina
Selain Do 24, semasa penjajahan hingga tahun 1980-an turut dioperasikan pula pesawat amfibi legendaris buatan Amerika Serikat, yaitu Consolidated PBY Catalina. David Mondey dalam buku American Aircraft of World War II mencatat, PBY Catalina adalah pesawat amfibi dengan populasi terbanyak di dunia. Diperkirakan lebih dari 4.000 unit Catalina dibuat di sejumlah negara.
Catalina memiliki jasa besar dalam Perang Pasifik. Catalina bersama Dornier 24 menjalankan peran penting sebagai pesawat intai, evakuasi, dan menurunkan bantuan. Tercatat Catalina beroperasi di danau di sekitar Pangalengan dan Situ Bagendit di Jawa Barat menjelang jatuhnya Pulau Jawa.
Steve McCormack dalam buku You Will Die in Singapore menulis betapa dia dan para pelarian dari pertempuran Singapura yang terapung-apung di Selat Malaka diselamatkan pesawat amfibi Hindia Belanda. Pesawat-pesawat amfibi digunakan untuk mengevakuasi warga dari pelbagai tempat.
Sejarawan Didi Kwartanada mencatat, tokoh nasional yang dibuang di Banda Neira juga diungsikan Hindia Belanda dengan pesawat amfibi.
Setelah era kemerdekaan, TNI AU mengoperasikan Catalina hingga tahun 1980-an. Kepala Dinas Penerangan TNI AU Marsekal Pertama Bambang Samoedro menerangkan, pesawat amfibi bernaung di bawah Skuadron Udara Intai 5 di Malang.
”Pesawat yang digunakan adalah PBY Catalina dan Grumman Albatros. Sekarang sudah tidak ada lagi pesawat amfibi dioperasikan TNI AU,” kata Bambang Samoedro.
Pengamat penerbangan Dudi Sudibyo yang ditemui akhir Oktober 2010 mengatakan, keberadaan pesawat amfibi merupakan salah satu sarana penting untuk menjangkau kepulauan terdepan di Indonesia. ”Pesawat amfibi memiliki peran penting dalam tanggap darurat,” kata Dudi.
Salah satu contoh adalah penanganan kebakaran hutan di pedalaman Kalimantan Timur tahun 1997. ”Waktu itu disewa pesawat amfibi water bomber Beriev 200 buatan Rusia. Pesawat itu juga memiliki bucket untuk mengangkut air Sungai Mahakam atau dari danau yang ditumpahkan ke sumber api,” kata Dudi yang ikut meliput dalam operasi pemadaman kebakaran hutan tersebut.
Pesawat sejenis yang populer di dunia saat ini adalah Bombardier CL-142 buatan Kanada. Jepang juga memiliki pesawat sejenis, yakni Shinmewa yang merupakan turunan dari tipe pesawat amfibi yang mereka gunakan semasa Perang Dunia II, Kawanishi.
Pesawat amfibi, ujar Dudi, dapat digunakan untuk mengedrop tenaga bantuan, logistik, hingga evakuasi medis secara cepat.
Solusi tanggap darurat
”Kita belajar berulang kali terjadi bencana di daerah terpencil dan penanganan lambat karena ketiadaan sarana transportasi yang memadai. Pesawat amfibi merupakan salah satu solusi tanggap bencana dalam waktu dekat. Pesawat amfibi dalam situasi normal dapat digunakan untuk angkutan penumpang dan barang di tempat-tempat terpencil,” tutur Dudi.
Seperti kendaraan Hagglunds milik Palang Merah Indonesia yang dioperasikan di kaki Gunung Merapi, pesawat amfibi adalah salah satu sarana tanggap bencana yang dapat menjangkau medan-medan berat dan terpencil.
Sumber: KOMPAS
Berita Terkait:
INDONESIA
- Proses Pengecatan Leopard 2A4 Dan Marder 1A3 TNI AD
- Kemhan : Indonesia-Rusia Belum Sepakat Hibah Kapal Selam
- Foto Kedatangan Leopard 2A4 Dan Marder 1A3
- 2014, Dua Helikopter Apache Tiba Di Indonesia
- Indonesia dan Polandia Jajaki Kerjasama Produksi Bersama Alutsista
- Dua Su-30MK2 TNI AU Tiba Di Makasar
- Komisi I Siap Awasi Pengadaan Helikopter Apache
- Indonesia Kirim Degelasi Ke Rusia Untuk Tinjau 10 Kapal Selam
- Kemhan Kirim Tim untuk Pelajari Spesifikasi Apache
- Menhan Tempatkan Satu Squadron Apache Di dekat Laut China Selatan
- Selain Apache AH-64E, Indonesia Juga Tertarik Dengan Chinook
- Komisi I Dukung Pengadaan Satelit Untuk Pertahanan Negara
- Darurat , Tol Jagorawi Dijadikan Landasan Pesawat Tempur
- Rusia - AS Saling Berlomba Dalam Pengadaan Alutsista Indonesia
- Komisi I : Kami Berharap AS Turut Berpartisi Dengan Industri Pertahanan RI
- Komisi I Mendukung Tawaran 10 Kapal Selam Bekas Dari Rusia
- Rusia Tawarkan 10 Kapal Selam Bekas Kepada Indonesia
- 2014, Pemerintah Mengalokasikan Rp 83,4 Triliun Untuk Kementerian Pertahanan.
- Ketua KNKT : Lanud Polonia Harus Aman Untuk F-16
- Hari ini, 4 Kapal Perang Indonesia Show Force Balas Provokasi Malaysia
- KSAD : Helikopter Apache Akan Tiba 2018
- Korsel Kembangkan Internal Waepon Bay Untuk Pesawat Tempur K/IFX
- Islamic Development Bank Fasilitasi Kredit Ekspor Untuk PT DI
- Perancis Tingkatkan Kerjasama Pertahanan Dengan Indonesia
- Indonesia Kurang Teliti Dalam Pengadaan Pesawat Super Tucano Dari Brasil
Pesawat Angkut
- Kaltim Tertarik Membeli CN-295
- PT DI Siap Penuhi Pesanan Pesawat Untuk Malaysia, Filipina Dan Thailand
- Wamenhan : Senegal Minta Fasilitas Kredit Buat Beli CN 295
- Australia Siap Kirim Pesawat Hercules Ke Indonesia
- Wamenhan : Menhan Vietnam Tertarik Dengan CN-295
- 2013, PT DI Rampungkan 18 Unit Pesawat Serta Helikopter
- PT DI Siap Kirim 10 Helikopter & 7 Pesawat Pesanan TNI
- Kemhan Belum Membayar Dua Pesawat CN 295
- Indonesia Sepakat Membeli 5 Pesawat Hercules Eks. Australia
- Pesawat Amphibi Aron Lebih Cocok Untuk Sipil Dan SAR
- Karena Konflik Sabah, Malaysia Tertarik Beli Pesawat CN 295 Buatan Indonesia
- Pesawat R80, The Next N-250 Buatan PT RAI
- PT DI Dapat Kontrak Pengadaan 14 Unit Pesawat
- PT DI Siapkan CN-295 Untuk Dipamerkan Langkawi Airshow Malaysia
- Spanyol Berikan Lisensi CN 212-400 Kepada Indonesia
- Menristek : Indonesia Akan Mengembangkan N-219, N-245 Dan N-270
- PT DI Anggarkan USD 16 Juta Untuk Pengembangan N219
- Indonesia Jajaki Kerjasama Jangka Panjang Dengan Airbus Military
- 2018, Habibie Akan Hadirkan Pesawat Penerus N-250
- Indonesia Kirim Hercules Untuk Retrofit Di ARINC, LLC USA
- Wamenhan Tinjau Pesawat CN-235 Di Hanggar PT DI
- Pindah Lini Produksi CN-295 Ke Bandung, Airbus Military Fokus Produksi A400M
- KSAU : 1,5 Tahun Kedepan TNI AU Kedatangan Berbagai Pesawat Tempur Dan Radar
- Pakistan Akan Membeli Pesawat Militer Buatan Indonesia
- PT DI Dan Airbus Military Berbagi Keuntungan 50% Dalam Produksi NC-212
0 komentar:
Post a Comment