
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (kanan) menerima kunjungan kehormatan dari Utusan Khusus Pemerintah Amerika Serikat bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Bruce Alberts di Kantor Kepresidenan, Jakarta, Senin (10/5). Presiden SBY dan Bruce Alberts melakukan pertemuan dan membicarakan soal hubungan bilateral kedua negara terutama di bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. (Foto: ANTARA/Widodo S. Jusuf/Koz/hp/10)
Bogor (ANTARA News) - Ketua Perencanaan Monitoring dan Evaluasi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Dr Rosichon Ubaidillah, mengungkapkan dana penelitian di lembaganya sangat minim.
"Dana penelitian di LIPI sangat minim, dari Rp490 Miliar yang diberikan pemerintah tiap tahun, hanya 30 persen untuk penelitian, sisanya digunakan untuk biaya rutin seperti gaji dan perawatan," katanya, Rabu.
Ditemui di Pusat Penelitian (Puslit) Biologi LIPI, kompleks "Cibinong Science Center" (CSC) Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Rosichon menyatakan kondisi tersebut sudah berlangsung sejak 1998.
Sebelumnya alokasi dana yang diberikan diperuntukkan bagi gaji hanya 30 persen dan 70 persen untuk penelitian.
"Kini kondisi ini sudah berbalik, anggaran lebih banyak terserap untuk bayar gaji dan perawatan sisanya untuk penelitian. Nilai ini tidak cukup untuk sebuah penelitian," ujarnya.
Menurut Rosichon, minimnya anggaran penelitian ini berdampak tidak baik bagi dunia penelitian di Indonesia.
Ia menyebutkan, minimnya dana penelitian akan menurunkan kualitas-kualitas penelitian.
"Karena biaya penelitian semakin tinggi, sementara dana yang diberikan sangat minim. Sehingga target output-ouput yang kita sasar tidak tercapai maksimal," ungkapnya.
Ia mengatakan, kondisi tersebut mengkhawatirkan, karena Indonesia akan kalah dari negara tetangga.
"Indonesia tidak hanya akan kalah dengan Malaysia atau Singapura tapi dengan Vietnam, negara Indonesia akan jauh tertinggal," ujarnya.
Bagi para peneliti kondisi ini sangat mengkhawatirkan, sebagai negara yang memiliki kekayaan keanekaragaman hayati tapi perhatian pada dunia penelitian keanekaragaman hayati sangat minim sekali, ujarnya.
Namun, para peneliti tidak putus asa, dengan dana seadanya peneliti tetap melaksanakan tugasnya sesuai dengan anggaran yang diberikan.
Rosichon mengatakan, minimnya perhatian ini pulalah yang menyebabkan banyak para peneliti Indonesia yang memiliki kompetensi tinggi lebih memilih bertahan tinggal diluar negeri.
Para peneliti merasa lebih enak tinggal di luar negeri karena kesejahteraannya terjamin dengan besarnya penghasilan yang diperoleh.
Ia menyebutkan ada beberapa peneliti dari LIPI yang memilih tinggal di luar negeri karena alasan kesejahteraan yang belum terjamin di negeri sendiri.
Rosichon berharap, pemerintah memberikan porsi yang pas untuk penguatam sumber daya manusia sarana dan prasarana penelitian dan kesejahteraan.
Ia menambahkan, perhatian tidak harus dengan menaikkan gaji saja, perhatian dapat diberikan dengan menyediakan fasilitas laboratorium dan fasilitas penelitian lainnya.
"Peneliti sifatnya kesenangan, karena sudah melekat dihidupnya, berada di laboratorium dilengkapi dengan peralatan sudah membuat kita nyaman bekerja. Itu saja sudah cukup, tapi ini belum ada," katanya.
Ia mencontohkan saja, gedung Herbarium Bogoriense merupakan pemberian pemerintah Jepang, berikut dengan asetnya.
Sementara bantuan pemerintah Indonesia untuk gedung tersebut hanya untuk fasilitas pelengkap.
Dari sudut pandang ini terlihat, bahwa pemerintah masih minim memberikan perhatian untuk kemajuan negerinya sendiri.
Sumber: ANTARA/berita hankam
Berita Terkait:
INDONESIA
- Proses Pengecatan Leopard 2A4 Dan Marder 1A3 TNI AD
- Kemhan : Indonesia-Rusia Belum Sepakat Hibah Kapal Selam
- Foto Kedatangan Leopard 2A4 Dan Marder 1A3
- 2014, Dua Helikopter Apache Tiba Di Indonesia
- Indonesia dan Polandia Jajaki Kerjasama Produksi Bersama Alutsista
- Dua Su-30MK2 TNI AU Tiba Di Makasar
- Komisi I Siap Awasi Pengadaan Helikopter Apache
- Indonesia Kirim Degelasi Ke Rusia Untuk Tinjau 10 Kapal Selam
- Kemhan Kirim Tim untuk Pelajari Spesifikasi Apache
- Menhan Tempatkan Satu Squadron Apache Di dekat Laut China Selatan
- Selain Apache AH-64E, Indonesia Juga Tertarik Dengan Chinook
- Komisi I Dukung Pengadaan Satelit Untuk Pertahanan Negara
- Darurat , Tol Jagorawi Dijadikan Landasan Pesawat Tempur
- Rusia - AS Saling Berlomba Dalam Pengadaan Alutsista Indonesia
- Komisi I : Kami Berharap AS Turut Berpartisi Dengan Industri Pertahanan RI
- Komisi I Mendukung Tawaran 10 Kapal Selam Bekas Dari Rusia
- Rusia Tawarkan 10 Kapal Selam Bekas Kepada Indonesia
- 2014, Pemerintah Mengalokasikan Rp 83,4 Triliun Untuk Kementerian Pertahanan.
- Ketua KNKT : Lanud Polonia Harus Aman Untuk F-16
- Hari ini, 4 Kapal Perang Indonesia Show Force Balas Provokasi Malaysia
- KSAD : Helikopter Apache Akan Tiba 2018
- Korsel Kembangkan Internal Waepon Bay Untuk Pesawat Tempur K/IFX
- Islamic Development Bank Fasilitasi Kredit Ekspor Untuk PT DI
- Perancis Tingkatkan Kerjasama Pertahanan Dengan Indonesia
- Indonesia Kurang Teliti Dalam Pengadaan Pesawat Super Tucano Dari Brasil
Teknologi
- Korsel Kembangkan Internal Waepon Bay Untuk Pesawat Tempur K/IFX
- Nipress : 2025, Kami Supplai Baterai Untuk 18 Kapal Selam TNI AL
- Meristek Yakin Indonesia Kurangi Ketergantungan Alutsista Dari Luar Negeri
- ITS : Korsel Tak Tulus ToT Kapal Selam Kepada Indonesia
- EADS Tawarkan Dana Segar $ 2 Miliar Bila Menang Dalam Pengadaan Pesawat Tempur Korsel
- Proses Alih Teknologi Kapal Selam Korsel Masih Berjalan Alot
- Sharp Avionik K Gandeng Elbit System Dalam Pengembangan Proyek LAH Dan KFX
- TNI AL Memilih Simulator Nautis Class A Untuk Pelatihan Kapal Perang Sigma
- Industri Pertahanan Nasional Sudah Menguasai Teknologi Level Menegah
- Bila Diinginkan, Indonesia Dengan Mudah Membuat Senjata Nuklir
- PT DI Akan Produksi Simulator CN-235 Dan Super Puma
- Radar INDRA Akan Dipasang Di Tiga Kapal Selam Indonesia
- Korsel Rilis Bom Korean GPS Guided Bomb Untuk KFX Kepada Publik
- Debat Polemik Pengembangan Pesawat Tempur KFX
- TNI AL Inginkan Tingkatkan Alih Teknologi Dengan AS
- Pengamat : Israel Gagal Membuat Jet Tempur Kfir Yang Tangguh
- TNI AU Kembali Aktifkan ACMI Pekanbaru
- Departemen Pertahanan Bangun Pertahanan Cyber
- TNI Gandeng UI Untuk Mengembangkan Kapal Tanpa Awak
- Menhan : Pesawat Udara Nir Awak (PUNA) Akan Diproduksi Massal
- Menristek : UAV Buatan BPPT Masih Terlalu Berisik
- KSAD : Pembelian Alutsista Luar Negeri Harus Ada Alih Teknologi
- Lapan : Nozzle Roket RX-550 Masih Bermasalah
- Spesifikasi UAV Sriti dan Alap-Alap Buatan BPPT
- BPPT Siap Mengembangkan UAV Untuk Militer
0 komentar:
Post a Comment