ALUTSISTA ARDAVA BERITA HANKAM CAKRA 401 SUBMARINE DEFENSE STUDIES INDO-DEFENSE INDONESIA DEFENSE INDONESIA TEKNOLOGI RINDAM V BRAWIJAYA THE INDO MILITER
Formil MIK Formil Kaskus Formil Detik.COM
PT.DI LAPAN LEN NUKLIR PAL PINDAD RADAR RANPUR ROKET RUDAL SATELIT SENJATA TANK/MBT UAV
TNI AD TNI AL TNI AU
HELIKOPTER KAPAL ANGKUT KAPAL INDUK KAPAL LATIH KAPAL PATROLI KAPAL PERANG KAPAL PERUSAK KAPAL SELAM PESAWAT TEMPUR PESAWAT ANGKUT PESAWAT BOMBER PESAWAT LATIH PESAWAT PATROLI PESAWAT TANKER
KOPASSUS PASUKAN PERDAMAIAN PERBATASAN
  • PERTAHANAN
  • POLRI POLISI MILITER
  • PBB
  • NATO BIN DMC TERORIS
    AMERIKA LATIN AMERIKA UTARA BRASIL USA VENEZUELA
    AFGANISTAN ETHIOPIA IRAN ISRAEL KAZAKHTAN KYRGYZTAN LEBANON LIBYA MESIR OMAN PALESTINA TIMUR TENGAH YAMAN
    ASEAN AUSTRALIA Bangladesh BRUNAI CHINA INDIA INDONESIA JEPANG KAMBOJA KORSEL KORUT
    MALAYSIA Selandia Baru PAKISTAN PAPUA NUGINI Filipina SINGAPURA SRI LANGKA TAIWAN TIMOR LESTE
    BELANDA BULGARIA INGGRIS ITALIA JERMAN ROMANIA RUSIA UKRAINA
    MIK News empty empty R.1 empty R.2 empty R.3 empty R.4

    Thursday, March 10, 2011 | 5:52 PM | 0 Comments

    Update : TNI OPTIMALKAN PENGAMANAN PULAU TERLUAR



    Jakarta, 10/3/2011 - Guna memperkuat pertahanan negara, Direktorat Topografi Angkatan Darat menggelar Simposium Intelijen Geospasial. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pengawasan sekaligus pengamanan kawasan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), khususnya di pulau terluar dan wilayah perbatasan negara.

    Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI George Toisutta mengatakan, Intelijen Geospasial merupakan kegiatan yang dapat menghasilkan produk hasil abalisa data berupa imagery (Citra) dan informasi geospasial.

    “Produk ini bahkan memberikan gambaran, perkiraan kondisi fisik, serta aktivitas yang berlaku pada suatu wilayah, dimana kegiatan tersebut dilakukan berbasiskan teknologi informasi,” ujar Jenderal TNI George Toisutta saat menjadi keynote speaker pada acara simposium yang digelar di Markas Dittopad, Jakarta, Kamis (10/3).

    George menyampaikan, dengan begitu Intelijen Geospasial ini bisa memberikan informasi yang diperlukan dalam suatu proses pengambilan keputusan. Dengan informasi itu, decision maker bisa melihat secara visual kondisi medan di suatu koordinat tertentu.

    Sistem Intelijen Geospasial yang ada saat ini, kata dia, merupakan pengembangan sistem yang lama menjadi lebih modern. Hal ini juga satu upaya untuk menyinergikan semua badan-badan militer yang ada.

    George menyatakan, Industri pertahanan di Indonesia sebenarnya sudah mampu mengembangkan teknologi penginderaan untuk kepentingan Intelijen Geospasial ini. Jika melihat siapa saja ahli yang ada di luar negeri, itu merupakan ahli asal Indonesia.

    “Kalau produk massal secara jujur kita katakan memang belum mampu. Tapi untuk contoh-contoh yang dibuat, kita sudah mampu dan bahkan digunakan sendiri. Jadi anak bangsa sudah buat sendiri di Indonesia. Jangan dikira selalu beli dari luar,” papar dia.

    Untuk pengamanan wilayah perbatasan negara, George mengutarakan, teknologi geospasial yang baru masih diujicobakan semua. Contohnya saja pesawat tanpa awak yang dibuat sendiri, dan saat diujicobakan hasilnya sangat baik.

    Hal ini juga sudah termasuk teknologi geospasial untuk sistem pengawasan pulau terluar di Indonesia yang juga sudah dibuat. Pasalnya, sambung dia, hal itu berkaitan dengan kedaulatan wilayah NKRI. Jadi, teknologi ini bisa dipakai untuk mengawasi wilayah kedaulatan dari Sabang sampai Merauke.

    “Pendataan pulau terluar itu sudah dilakukan secara terstruktur. Alat yang dipakai memang ada yang didatangkan dari luar negeri, tapi sebagian juga buatan Indonesia,” tutur dia.

    Intelijen Geospasial ini memiliki kelebihan yang tidak dapat diperoleh dari sistem lain, diantaranya menggunakan berbagai sensor (multisensor), mengakomodasikan kerja sama antarkomponen intelijen dan memiliki perangkat visual yang dapat divisualisasikan.

    Namun, George menuturkan, sebagaimana sistem lain Intelijen Geospasial juga terdapat kelemahan yang dapat dieliminasi melalui berbagai dukungan aspen intelijen lainnya, seperti aspek human intelligence (intelijen manusia).

    “Kelemahan yang dimaksud diantaranya data yang belum dapat diyakini sebelum dibuktikan langsung, ketergantungan terhadap teknologi, rentan terhadap sabotase pihak lawan, baik jamming ataupun hacking,” tukas dia.

    Hingga saat ini, George menyampaikan, Intelijen Geospasial belum mampu menembus data atau gejala yang berada di permukaan bumi yang dalam. Makanya saat ini masih dibutuhkan petugas lapangan yang langsung berada di lokasi sasaran, khusunya dalam rangka penyelidikan di dalam tanah (geologist and geophysist).

    Kepala Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal) Asep Karsidi mengungkapkan, dalam menjalankan tugas, TNI AD sangat membutuhkan adanya penyiapan dan penyediaan informasi geospasial secara lengkap dan utuh.

    Hal ini sepenuhnya dapat mendukung tugas-tugas pertahanan negara dan keamanan nasional. Paradigma baru yang mengemuka saat ini, lanjut Asep, yakni memberikan porsi yang besar terhadap pemanfaatan teknologi pencitraan dan komunikasi dibandingkan dengan cara manual oleh manusia (human intelligence).

    “Paradigma baru tersebut yakni Intelijen Geospasial yang mengeksploitasi citra (foto udara atau satelit) dan informasi geospasial sebagai data utama akuisisi serta pengolahan data intelijen,” pungkas dia.

    Sumber: KOMINFO

    Berita Terkait:

    0 komentar:

    Post a Comment

     
    Copyright © 2010 - All right reserved | Template design by ADMIN | Published by MAJU INDONESIA KU
    Proudly powered by Blogger.com | Best view on mozilla, internet explore, google crome and opera.