ALUTSISTA ARDAVA BERITA HANKAM CAKRA 401 SUBMARINE DEFENSE STUDIES INDO-DEFENSE INDONESIA DEFENSE INDONESIA TEKNOLOGI RINDAM V BRAWIJAYA THE INDO MILITER
Formil MIK Formil Kaskus Formil Detik.COM
PT.DI LAPAN LEN NUKLIR PAL PINDAD RADAR RANPUR ROKET RUDAL SATELIT SENJATA TANK/MBT UAV
TNI AD TNI AL TNI AU
HELIKOPTER KAPAL ANGKUT KAPAL INDUK KAPAL LATIH KAPAL PATROLI KAPAL PERANG KAPAL PERUSAK KAPAL SELAM PESAWAT TEMPUR PESAWAT ANGKUT PESAWAT BOMBER PESAWAT LATIH PESAWAT PATROLI PESAWAT TANKER
KOPASSUS PASUKAN PERDAMAIAN PERBATASAN
  • PERTAHANAN
  • POLRI POLISI MILITER
  • PBB
  • NATO BIN DMC TERORIS
    AMERIKA LATIN AMERIKA UTARA BRASIL USA VENEZUELA
    AFGANISTAN ETHIOPIA IRAN ISRAEL KAZAKHTAN KYRGYZTAN LEBANON LIBYA MESIR OMAN PALESTINA TIMUR TENGAH YAMAN
    ASEAN AUSTRALIA Bangladesh BRUNAI CHINA INDIA INDONESIA JEPANG KAMBOJA KORSEL KORUT
    MALAYSIA Selandia Baru PAKISTAN PAPUA NUGINI Filipina SINGAPURA SRI LANGKA TAIWAN TIMOR LESTE
    BELANDA BULGARIA INGGRIS ITALIA JERMAN ROMANIA RUSIA UKRAINA
    MIK News empty empty R.1 empty R.2 empty R.3 empty R.4

    Saturday, April 24, 2010 | 2:48 PM | 0 Comments

    Antara USAF dan TNI Angkatan Udara


    Suasana di kelas diskusi Cope-West, Jumat (23/4), terlihat serius. Latihan pengangkutan udara taktis yang diikuti Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara dan United States Air Force atau USAF berlangsung serius sampai menit- menit sebelum penutupan. Tim dari TNI AU pada penjatuhan barang dari ketinggian sekitar 300 meter pada penerbangan terakhir mendapat kategori excellent dengan simpangan hanya 5-7 meter dari titik sasaran.

    Masing-masing pihak belajar tentang hal-hal teknis berkaitan dengan pengangkutan udara, baik orang maupun barang. Evaluasi dilakukan dengan rinci sampai cara menjatuhkan barang yang sangat bergantung pada ketinggian, arah angin, kecepatan pesawat, berat barang, dan berbagai parameter lain. ”Latihan ini untuk membiasakan kerja sama dan membina komunikasi untuk mempersiapkan kerja sama dalam penanggulangan bencana pada masa depan,” kata Letkol David Kincaid, Commander of 36th Airlift Scuadron.

    Segala aspek di dalam Cope- West dilakukan untuk membuat pengiriman barang dan pasukan bisa lebih efektif dilakukan. Latihan ini juga diharapkan bisa meningkatkan tingkat operasi bersama antara pihak AS dan Indonesia. Semua dibahas sejak pagi dan dipraktikkan serta dievaluasi bersama, mulai dari teknik penyusunan barang, koordinat penjatuhan, pendataan arah angin, situasi sekitar titik sasaran, durasi penjatuhan, sampai posisi pesawat saat menjatuhkan barang yang notabene hanya bisa setinggi 300 meter sehingga angin cukup kencang. Terbang dari Lanud Halim Perdanakusuma, barang dijatuhkan di Lanud Gorda, Tangerang, dengan melewati daerah selatan Jawa Barat terlebih dahulu.

    Latihan bersama Cope-West ini dilakukan oleh sekitar 77 personel dari 374th Airlift Wing di Pangkalan Udara Yokota, Jepang. Mereka membawa tiga pesawat Hercules C-130 keluaran pabrik Lockheed tahun 1974. Sebelumnya, skuadron ini pernah membawa bantuan saat ada tsunami di Aceh. Sementara Indonesia menggunakan C-130 H dari Skuadron Udara 32 dan C-130 HS dari Skuadron Udara 31. Menurut Komandan Wing 1 Lanud Halim Perdanakusuma Kolonel Pnb Djoko Seno Putro, dari segi usia, pesawat Hercules milik TNI AU masih lebih muda. Namun, fasilitas peningkatan, terutama dari segi aviasi dan elektronik, membuat pesawat AS itu memiliki instrumen seperti alat global positioning system yang lebih canggih.

    ”Kita belajar pengetahuan tentang teknologi terbaru dari mereka,” kata Djoko. Teknologi ini tidak saja berkaitan dengan teknis pesawat, tetapi tim dari AS juga tim yang mengurus perbaikan pesawat. Untuk teknologi penjatuhan, menurut Djoko, ada sebuah alat baru dari AS yang membuat penjatuhan barang lebih akurat. Alat bernama improved container delivery system itu dijatuhkan terlebih dulu di dekat titik sasaran. Alat itu memiliki kemampuan untuk menangkap kecepatan dan arah angin dengan lebih akurat untuk dikirimkan ke alat navigasi pengiriman barang di pesawat. Sayangnya, alat ini tidak sempat digunakan di Cope-West 2019 karena dalam latihan 19-23 April 2010, tim dari AS tidak menurunkan barang.

    ”Di lokasi latihan untuk penurunan banyak masyarakat sedang panen, sedang bagi kami yang utama dalam latihan adalah keamanan,” ujar Kincaid. Menurut dia, pihaknya berharap, pada latihan serupa tahun depan, hal itu tidak terjadi lagi. Saat ditanya apakah latihan ini berhubungan dengan kedatangan Presiden AS Barack Obama, Kincaid hanya berkomentar ringan. ”Ah, setahu saya tidak, tuh,” katanya.

    Beda persepsi

    Sementara itu, menurut Djoko, pihaknya telah berusaha membersihkan lokasi penjatuhan barang dari masyarakat. Namun, di sini rupanya ada perbedaan persepsi sehingga ada interpretasi berbeda dari kedua tim ini. Tetapi, perbedaan persepsi itu rupanya tidak menjadi hal yang signifikan dalam membina hubungan dan kerja sama, terutama dalam membantu korban bencana alam.

    Di sela-sela acara formal penutupan Cope-West, para anggota tim tidak hanya bertukar emblem, tetapi juga bertukar e-mail dan lokasi tempat indah dari atas pesawat, seperti Krakatau, dan tips tempat makan enak di Jakarta, di antaranya restoran Sunda.

    Sumber: KOMPAS

    Berita Terkait:

    0 komentar:

    Post a Comment

     
    Copyright © 2010 - All right reserved | Template design by ADMIN | Published by MAJU INDONESIA KU
    Proudly powered by Blogger.com | Best view on mozilla, internet explore, google crome and opera.