
Teknisi Angkatan Laut Perancis mempersenjatai pesawat tempur Rafale dengan misil "Mica IR" untuk menjalankan misi ke Libya di atas kapal induk Charles De Gaulle, Jumat (25/3). Kubu oposisi Libya berterima kasih kepada Perancis atas inisiatif mereka memulai serangan koalisi terhadap basis militer pemimpin Libya, Moammar Khadafy, tetapi meminta "kekuatan asing" bisa meninggalkan negeri mereka.
Sudah hampir dua pekan Perancis berada di garda depan mengawal zona larangan terbang di atas Libya. Pejabat-pejabat militer Perancis pun beberapa kali mengumumkan keberhasilan pesawat tempur andalan mereka, Dassault Rafale, menghancurkan berbagai sasaran. Namun, benarkah keunggulan Rafale sudah sungguh-sungguh teruji?
Terakhir, Senin (28/3), Perancis melaporkan, jet-jet Rafale mereka berhasil menghancurkan pusat komando pasukan Moammar Khadafy di pedalaman Libya, sekitar 10 kilometer sebelah selatan ibu kota Tripoli. Juru bicara Kepala Staf Gabungan Perancis, Kolonel Thierry Burkhard, tidak bersedia memberikan detail kerusakan sasaran, kecuali hanya mengatakan misi hari Minggu itu berjalan sukses.
Meski memiliki misi utama mengamankan zona larangan terbang, yang bertujuan mencegah penggunaan pesawat tempur AU Libya untuk menyerang pasukan oposisi, kekuatan pasukan koalisi kali ini memang menyerang target-target di darat dan laut. Target-target itu seperti tank, kapal patroli, instalasi radar, sistem pertahanan antiserangan udara, hingga pusat-pusat komando.
Alasan pemilihan sasaran-sasaran di darat itu adalah untuk melumpuhkan kemampuan pasukan pro-Khadafy agar tidak lagi membunuh warga sipil Libya.
Delapan Rafale yang lepas landas dari Pangkalan Udara Robinson di Saint-Dizier, Perancis timur laut, membuka operasi militer di Libya ini di bawah nama sandi Operasi Harmattan, Sabtu (19/3). Dilaporkan, delapan Rafale itu berhasil menghancurkan empat tank Khadafy yang bersiap menyerang kota Benghazi.
Akan tetapi, hingga hari ke-12 operasi tersebut, jet-jet canggih buatan Dassault Aviation itu seperti belum menemukan lawan yang sepadan dengan kemampuan sesungguhnya.
Multifungsi
Pesawat generasi keempat yang dirancang menjadi tulang punggung keunggulan udara angkatan bersenjata Perancis hingga tahun 2030 ini dibekali dengan seabrek kemampuan canggih sehingga mampu melaksanakan berbagai misi sekaligus.
Begitu multifungsinya Rafale sehingga pihak Dassault menjuluki pesawat tempur itu ”omnirole” atau ”mahabisa” sebagai istilah pemasaran untuk membedakan dengan pesawat-pesawat setara dari AS atau negara lain, yang biasanya hanya dilabeli sebagai pesawat ”multirole”.
”Pesawat ini sudah menjalankan misi udara ke udara, menghantam sasaran dari udara ke darat, misi pengintaian, dan bahkan bisa menjadi pesawat tanker. Benar-benar multifungsi. Anda bisa menyiapkan pesawat dan memilih misinya sembari Anda terbang,” ungkap Burkhard setengah berpromosi.
Untuk menunjukkan kemultifungsian jet tempur ini kepada dunia, Perancis menurunkan dua jenis Rafale dalam operasi di Libya. Dua jenis itu adalah jenis yang lepas landas dari pangkalan di darat (Rafale C yang berkursi tunggal dan Rafale B yang berkursi ganda) milik Armée de l’Air atau AU Perancis dan versi Rafale M yang bisa lepas landas dan mendarat di kapal induk milik Marine Nationale atau AL Perancis.
Rafale, yang dalam bahasa Perancis berarti tiupan angin badai, adalah wujud ambisi Perancis menunjukkan kemandirian militer mereka. Saat negara-negara Eropa lain bergabung untuk mengembangkan bersama pesawat Eurofighter Typhoon pada pertengahan 1980-an, Perancis memilih mundur. Mereka mengembangkan sendiri proyek pesawat ACX, yang kemudian menghasilkan Rafale.
Rafale dibuat memenuhi tuntutan AU dan AL Perancis, yang menginginkan sebuah pesawat yang bisa menjalankan fungsi tujuh pesawat berbeda. Pesawat itu dituntut harus bisa menjalankan berbagai misi, mulai dari keunggulan udara, pengintaian, dukungan udara bagi serangan darat, serangan presisi udara ke permukaan (sasaran di tanah maupun di laut), hingga mampu menjalankan serangan nuklir.
Bukan tandingan
Dassault menjawab tantangan itu dengan mendesain pesawat yang gesit dan lincah berkat perpaduan sayap delta dan canard (sayap kecil di bagian depan) serta empat lapis sistem kemudi elektronik (fly-by-wire). Rafale mampu menjalankan misi terbang rendah mengikuti kontur permukaan bumi untuk menghindari deteksi radar musuh.
Perpaduan badan yang 70 persennya terbuat dari material komposit yang ringan dan dorongan dua mesin turbofan M88-2 membuat Rafale memiliki kemampuan supercruise, yakni mampu melesat hingga kecepatan supersonik (Mach 1,87) tanpa menggunakan peranti afterburner (menyemprotkan bahan bakar ekstra di saluran buang mesin jet), sehingga menghemat konsumsi bahan bakar dan menurunkan biaya operasional.
Dari segi avionik, Dassault mengklaim Rafale sebagai satu-satunya pesawat buatan Eropa yang menggunakan perangkat radar pemindai elektronik aktif (AESA), yang mampu melacak banyak sasaran dan ancaman di sekitar pesawat secara simultan dalam kondisi segala cuaca dan tahan gangguan pengacak radar musuh.
Pesawat ini juga dilengkapi sistem peperangan elektronik SPECTRA, yang mampu mendeteksi berbagai jenis musuh dari jarak jauh sehingga memungkinkan pilot memilih metode pertahanan paling efektif. Sistem ini dijalankan berdasarkan basis data musuh, yang bisa ditentukan sendiri dan diperbarui sewaktu-waktu.
Namun, dengan segala kemampuan ini, baru dua fungsi yang sudah ditunjukkan Rafale di Libya, yakni serangan udara ke darat dan misi pengintaian. Sejak operasi dimulai dua pekan lalu, belum sekali pun pesawat ini menghadapi lawan setimbang di udara.
Memang tak mungkin AU Libya, yang sebagian besar armadanya adalah jet MiG dan Sukhoi lawas buatan Rusia, bisa menandingi persenjataan avant garde Perancis ini.
Rafale Perancis memang berhasil melumpuhkan satu pesawat AU Libya di Pangkalan Udara Misrata, Kamis pekan lalu. Akan tetapi, sasarannya adalah pesawat latih kuno buatan Yugoslavia, Soko G2-Galeb, yang baru saja mendarat di landasan.
Jadi, jika Perancis bermaksud memberi label ”battle proven” bagi pesawat Rafale ini agar kelak lebih laku dijual ke negara lain, misi di Libya belum benar-benar membuktikan kemampuan Rafale sesungguhnya.
Sumber: KOMPAS
Berita Terkait:
Pesawat Tempur
- Dua Su-30MK2 TNI AU Tiba Di Makasar
- Darurat , Tol Jagorawi Dijadikan Landasan Pesawat Tempur
- Ketua KNKT : Lanud Polonia Harus Aman Untuk F-16
- Korsel Kembangkan Internal Waepon Bay Untuk Pesawat Tempur K/IFX
- Wamenhan : KKIP Berhasil Yakinkan Komisi I Tentang Program KFX/IFX
- Rusia Berharap Bisa Negosiasi Su-35 Kepada Indonesia
- Indonesia Siapkan Dana Rp. 15 Triliun Untuk Pengembangan IFX
- Siapapun Presiden Nanti, Harus Komitmen Dengan Proyek KFX
- EADS Tawarkan Dana Segar $ 2 Miliar Bila Menang Dalam Pengadaan Pesawat Tempur Korsel
- Komisi I Mau Pastikan Pesawat Tempur Sukhoi Baru Sudah Bersenjata
- Komisi I : Penundaan Sepihak Proyek KFX Ganggu Hubungan RI-Korsel
- Dua Pesawat Tempur Su-30MK2 Tiba Di Tanah Air
- Ini Alasan Korsel Tunda Proyek Pesawat Tempur KFX
- KSAU : TNI AU Tolak Hibah Pesawat Tempur F-5 Korsel
- Menhan : KFX Ditunda, Karena Indonesia Dan Korsel Ingin Buat Selevel F-35
- TNI AU Kembali Terima 8 Mesin Sukhoi Dari Rusia
- 2013, TNI AU Akan Lengkapi Satu Skuadron Sukhoi
- KAI Gelar Seminar "2013, KFX Harus Segera Diimplementasikan"
- Menhan Masih Mempertimbangkan Hibah F-5 Dari Korsel
- Korsel Paham Kekuatiran Indonesia Atas Penundaan KFX
- EADS Menantang Boeing Dan Lockheed Martin Dalam Pengadaan Pesawat Tempur Korsel
- Perkuat Selat Malaka, Satu Skuadron F-16 Disiapkan di Pekanbaru
- Dua Sukhoi Baru TNI AU Sukses Test Flight
- Komisi I : Kami Menyanyangkan Progam Pengembangan KFX Tidak Bejalan Mulus
- Ini Jawaban Kemhan Penyebab Tertunda Pengembangan Pesawat Tempur KF-X/IF-X
Africa
- Wamenhan : Senegal Minta Fasilitas Kredit Buat Beli CN 295
- Misi Damai PBB, TNI Bawa Helikopter Mi-17V5 ke Sudan
- Afsel Ingin Bekerjasama Dengan Indonesia Dibidang Industri Pertahanan
- TNI AU Sedang Menjajaki UAV Buatan Afsel
- TNI Mendapat Medali PBB Di Kongo
- Interview Dengan Kolonel Laut A. Taufiqoerrochman Dalam Pembebasan MV Sinar Kudus
- TNI AL Siapkan Dua Opsi Pengawalan Untuk Mengatasi Perompakan
- Menhan : Dana Penyelamatan Korban Perompak Somalia Sekitar Rp 50 Miliar
- Presiden Berikan Tiga Tugas Operasi Militer Somalia
- Panglima TNI : 999 Personil Dikirim Atasi Bajak Laut Somalia
- Video : Liputan Khusus Pembebasan MV Sinar Kudus Dari Perompak Somalia
- Pemerintah Somalia Menyuruh TNI Untuk Invasi Daerah Perompak Somalia
- Militer China Serukan Serang Markas Perompak Somalia
- Kapal Penjemput TKI Dari Arab Saudi Pun Sempat Mau Dirompak
- Liputan Khusus : Geregetan Tak Kunjung Serang Bajak Somalia, Drum pun Jadi Sasaran
- Liputan Khusus : Inilah Strategi 'Psy War' TNI Hadapi Lanun Somalia
- Liputan Khusus : KRI Yos Sudarso, Kapal Penyelamat Sinar Kudus di Teluk Bayur
- Liputan Khusus : Penantian 40 Hari dan 7 Jam Operasi Sinar Kudus
- Liputan Khusus : Info Intelijen Tak Akurat, TNI Batal Serang Lanun
- Liputan Khusus : TNI Sempat Sasar Kampung Bajak Laut Somalia
- Liputan Khusus : Operasi Sinar Kudus itu Dicek Langsung Presiden
- Liputan Khusus : Pemerintah Lamban Bebaskan Sinar Kudus?
- PT DI Serahkan CN 235 Ke Senegal
- Menhan Akan Beberkan Dana Pembebasan Kapal Sinar Kudus
- TNI Sedang Menjajaki Penempatan Kapal Perang Di Perairan Somalia
LIBYA
- NATO Paksa Pesawat Tempur Mig-23 Pemberontak Libya Mendarat
- Amerika Serikat Akhiri Misi Di Libya
- Pesawat B-2 Jatuhkan 40 Bom di Libya
- 60% dari Rp 4,8 T Anggaran AS di Libya Habis untuk Bom & Misil
- Inggris Kekurangan Pilot untuk Menyerang Libya Karena Anggaran Dipotong
- English News : Russian intelligence : Ground operation in Libya could start in April
- NATO Ambil Alih Komando Operasi Militer Di Libya
- Anggaran Perang AS Ke Libya Jadi Sorotan
- Mengapa F-22 Raptor Tak Muncul di Libya?
- Alutsista Robotik Menghancurkan Pertahanan Libya
- Pesawat Tempur Qatar Ditolak Siprus
- Pesawat Tempur Amerika Jatuh di Libya, Pilot Selamat
- Pesawat Tempur F-15E Amerika Jatuh di Libya
- Pengebom Siluman Dilawan Rudal Kuno
- Rusia Kecam Tren Intervensi Militer AS di Seluruh Dunia
- Pesawat Tempur MIG 23 Libya Jatuh di Dekat Benghazi
- Pesawat Canggih Barat akan Ronda di Libya
- Sadis...Pesawat Tempur Mirage Libya Para Demostran Di Tripoli
- Rusia mengupgrade 200 tank Era Uni Soviet Libya
- Algeria, Libya set to buy Russian Pantsir-S1 short-range air defense systems
- Libya Akan Membeli Senjata Rusia
PRANCIS
- Perancis Tingkatkan Kerjasama Pertahanan Dengan Indonesia
- Nexter Dan Indonesia Tandatangani Kontrak Pengadaan 37 Caesar
- Wamenhan Bertemu Dengan Kuasa Usaha Perancis Untuk Bahas Alutsista
- Indonesia - Perancis Berharap Kerjasama Pertahanan Dapat Ditingkatkan
- Wamenhan Dan KSAD Ke Perancis Untuk Tandatangai Kerjasama Pertahanan
- Perancis Akan Hentikan Produksi Rafale Bila Tidak Laku
- Wamenhan: Prancis Siap Tingkatkan Kerja Sama Pertahanan Dengan Indonesia
- Wamenhan Dijadwalkan Berkunjung Ke Nexter Dan Eurocopter
- DID : Perancis Menawarkan Kapal Selam Andrasta Ke Indonesia
- English News : Brazil launches construction of four Scorpene-class submarines
- Indonesia Akan Membeli Alutsista Dari Perancis Yang Tidak Bisa Dibuat Di Indonesia
- Perancis Mengajak Indonesia Kerjasama Dalam Pembuatan Helikopter
- PM Perancis : Perancis Tertarik Investasi Kapal Selam, Radar Dan Ranpur Di Indonesia
- Kapal Perang Tiga Negara Merapat Di Tanjung Priok
- Perancis Ingin Bekerja Sama Dengan Industri Pertahanan Indonesia
- Kapal LHD Mistral Mengujungi Singapura Dan Indonesia
- Komisi I Akan Melakukan Intensifikasi dan Diversifikasi Kerjasama Pertahanan RI Dengan Perancis Dan Italia
- Indonesia Dan Prancis Gelar Latihan Bersama di Lebanon
- "Odyssey Dawn", Ajang Promosi Etalase Alutsista Eropa
- TNI AU Jajaki Pembelian Helikopter MK II EC 725
- Perancis Tawarkan Satelit Nonkomersial
- Indonesia Membeli Sherpa Light Scout Dari Renault
- Mistral yang Memikat Rusia
- Russia to pay over 700 million euros for first Mistral helicopter carrier
0 komentar:
Post a Comment