ALUTSISTA ARDAVA BERITA HANKAM CAKRA 401 SUBMARINE DEFENSE STUDIES INDO-DEFENSE INDONESIA DEFENSE INDONESIA TEKNOLOGI RINDAM V BRAWIJAYA THE INDO MILITER
Formil MIK Formil Kaskus Formil Detik.COM
PT.DI LAPAN LEN NUKLIR PAL PINDAD RADAR RANPUR ROKET RUDAL SATELIT SENJATA TANK/MBT UAV
TNI AD TNI AL TNI AU
HELIKOPTER KAPAL ANGKUT KAPAL INDUK KAPAL LATIH KAPAL PATROLI KAPAL PERANG KAPAL PERUSAK KAPAL SELAM PESAWAT TEMPUR PESAWAT ANGKUT PESAWAT BOMBER PESAWAT LATIH PESAWAT PATROLI PESAWAT TANKER
KOPASSUS PASUKAN PERDAMAIAN PERBATASAN
  • PERTAHANAN
  • POLRI POLISI MILITER
  • PBB
  • NATO BIN DMC TERORIS
    AMERIKA LATIN AMERIKA UTARA BRASIL USA VENEZUELA
    AFGANISTAN ETHIOPIA IRAN ISRAEL KAZAKHTAN KYRGYZTAN LEBANON LIBYA MESIR OMAN PALESTINA TIMUR TENGAH YAMAN
    ASEAN AUSTRALIA Bangladesh BRUNAI CHINA INDIA INDONESIA JEPANG KAMBOJA KORSEL KORUT
    MALAYSIA Selandia Baru PAKISTAN PAPUA NUGINI Filipina SINGAPURA SRI LANGKA TAIWAN TIMOR LESTE
    BELANDA BULGARIA INGGRIS ITALIA JERMAN ROMANIA RUSIA UKRAINA
    MIK News empty empty R.1 empty R.2 empty R.3 empty R.4

    Thursday, December 16, 2010 | 12:52 PM | 0 Comments

    Pembebasan Lahan Bandara Miangas Terganjal Harga

    Manado, (Antaranews) - Rencana pembebasan lahan milik warga untuk pembangunan bandara udara di pulau terluar Miangas, masih terganjal dengan penetapan harga yang belum disepakati.

    "Warga tetap bertahan dengan ganti rugi Rp150 ribu per meter persegi, sementara pemerintah sudah menaikkan hingga Rp50 ribu per meter persegi," kata anggota DPRD Sulut dari daerah pemilihan Sangihe-Talaud, Ben Alotia, di Manado, Rabu.

    Alotia yang juga mantan Ketua DPRD Kabupaten Talaud itu, sempat menjadi fasilitator untuk menyelesaikan ganti rugi lahan itu, namun belum ada solusi berarti.

    "Masyarakat tetap bertahan diangka Rp150 ribu, alasannya sudah tidak ada lagi lahan untuk berkebun," katanya.

    Apalagi pulau terluar Miangas dan hanya bisa menempuh jalur laut selama 45 menit ke Filipina itu, wilayah tidak terlalu besar dengan daerah lainnya yang sulit dijadikan lahan perkebunan.

    "Memang harga yang diajukan warga terlalu mahal, tentunya pemerintah kesulitan untuk memenuhinya," ujarnya.

    Sebelumnya, Kepala Badan Perbatasan Provinsi Sulut, Max Gagola mengatakan, pembangunan bandara udara di pulau terluar, Miangas, yang ditujukan untuk meringankan beban masyarakat mendapatkan transportasi udara, ternyata masih terganjal dengan masalah pembebasan lahan.

    "Masyarakat di Miangas enggan melepas lahan untuk diganti pemerintah, padahal sudah ditawarkan biaya ganti rugi secara proporsional," katanya.

    Menurutnya, masyarakat meminta ganti rugi dengan harga tinggi karena lahan yang dilepas merupakan areal perkebunan kelapa yang masih produktif dan dikelola petani setempat.

    Sementara ini bandara Miangas dinilai belum memenuhi syarat untuk kegiatan penerbangan, karena hanya memiliki panjang lintasan terbang atau "runway" tidak sampai 500 meter, sementara dibutuhkan panjangnya sekitar 1.000 meter.

    Padahal kehadiran Bandara secara representatif dinilai sangat penting bagi warga Miangas yang berpenduduk sebanyak 700 ribu itu, guna mempermudah hubungan ke ibukota Manado maupun daerah lainnya.

    Sumber: ANTARA

    Berita Terkait:

    0 komentar:

    Post a Comment

     
    Copyright © 2010 - All right reserved | Template design by ADMIN | Published by MAJU INDONESIA KU
    Proudly powered by Blogger.com | Best view on mozilla, internet explore, google crome and opera.