
Memiliki belasan ribu pulau yang tersebar luas dan kerap kali tertutup awan, tidak mudah bagi Indonesia memantau kondisi sumber daya alamnya secara menyeluruh sepanjang tahun. Penginderaan jauh sistem radar dapat mengatasi kendala itu. Namun, sistem tersebut telah berkembang jauh.
Sistem observasi jarak jauh ini telah dikembangkan lebih lanjut dan diterapkan dengan menggunakan pesawat tanpa awak dan satelit kecil.
Observasi permukaan bumi dalam segala cuaca ini memerlukan keandalan sistem, baik pada sensor maupun wahana yang menjadi tumpangannya. Untuk sistem pemantauan yang berfungsi sebagai ”mata”, penggunaan Synthetic Aperture Radar (SAR) di Indonesia terbukti dapat berfungsi baik untuk memetakan wilayah yang tertutup awan.
Sensor ini bukan hanya digunakan di wilayah Nusantara yang sebagian besar wilayahnya selalu tertutup awan. Dan, karena bekerja sama dengan gelombang radio, sensor ini dapat dioperasikan pada malam hari sehingga 24 jam dapat digunakan untuk mengamati permukaan bumi dan informasi lapisan bumi di dalamnya.
Apabila sensor optik seperti kamera hanya mengetahui informasi permukaan bumi saja, sensor SAR dapat digunakan untuk mendapatkan informasi-informasi di kedalaman sampai beberapa meter dari permukaan bumi, tergantung dari kondisi permukaan dan gelombang mikro yang digunakan oleh sensor ini.
Sistem SAR ini dikembangkan lebih lanjut oleh Josaphat Tetuko Sri Sumantyo dari Center for Environmental Remote Sensing, Universitas Chiba, Jepang. Sensor baru ini disebut Circularly Polarized Synthetic Aperture Radar (CP-SAR).
Beberapa kelebihan dapat dicapai pada CP-SAR dibandingkan sensor radar konvensional. ”Dengan sistem SAR yang lama digunakan beberapa antena. Untuk menyimpan citra diperlukan dua memori dan unit penyuplai daya berukuran besar. Sedangkan sistem baru hanya menggunakan daya lebih kecil sehingga sistem tersebut lebih kecil dan ringan,” kata Josaphat.
Ringannya alat tersebut dicapai CP-SAR yang hanya menggunakan satu antena. Dengan pengembangan sistem sensor yang baru tersebut, aplikasinya untuk kegiatan search and rescue (SAR) dapat lebih cepat untuk menampilkan citra hasil penginderaan jauh.
Dengan CP-SAR dapat dilakukan sistem pantulan gelombang melingkar. Datanya dapat langsung diklasifikasi oleh stasiun penerima citra. Pada sistem SAR lama, analisis citra satelit memakan waktu beberapa hari.
Sistem ini dikembangkan Josaphat sejak 2005. Peneliti yang pernah bergabung di Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) ini juga mengembangkan aplikasi SAR pada satelit dan pesawat tanpa awak. Uji coba sensor pada simulasi pesawat tanpa awak telah dilakukan di Jepang pada 2008.
Josaphat berharap, pengujian sensor CP-SAR dengan wahana satelit dapat dilakukan pada 2014 sejalan dengan program Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) yang menargetkan peluncuran roket pengorbit satelit empat tahun mendatang.
Untuk aplikasinya pada wahana satelit dan pesawat tanpa awak, Josaphat bekerja sama dengan peneliti dari Lapan. Uji coba SAR yang baru ini dengan menggunakan pesawat tanpa awak akan dilakukan Desember mendatang di stasiun peluncuran roket di Pamengpeuk, Garut, Jawa Barat, dan Bandara Margahayu, Bandung.
Sementara itu, uji coba di Jepang akan dilakukan di Shikabe Hokkaido dan Pulau Iwojima.
Pesawat tanpa awak
Pemantauan permukaan bumi dari udara untuk berbagai keperluan telah lama dilakukan dengan menggunakan pesawat terbang dan satelit. Selain itu, dikembangkan pula pesawat terbang tanpa awak (PTTA).
Wahana tak berpilot ini dari beberapa aspek memiliki kelebihan dibandingkan dua sarana tersebut. Untuk kegiatan survei udara, PTTA biaya produksinya lebih rendah. Wahana nir-awak ini mampu menjelajah medan berbahaya yang tidak mungkin dilakukan pesawat biasa, seperti terbang rendah untuk pemantauan wilayah kebakaran hutan dan wilayah perbatasan.
Saat ini telah ada empat prototipe PTTA, termasuk model unmanned aerial vehicle (UAV-530). Tiga prototipe lainnya dibuat oleh ITB, Robo Aero Indonesia, dan UAVindo.
Pembuatan UAV-530 sendiri merupakan program riset khusus bidang teknologi pertahanan di bawah koordinasi Kementerian Riset dan Teknologi yang melibatkan instansi pemerintah dan swasta nasional, di antaranya Lapan, BPPT, Balitbang TNI AU, dan Balitbang Kementerian Pertahanan. Untuk komponennya, rancang bangun, dan rekayasanya didukung PT Pindad, PT LEN Industri, PT Dirgantara Indonesia, dan ITB. Program ini dimulai Maret 2007 dan berakhir tahun ini.
Pesawat UAV-530 memiliki beberapa kelebihan, yaitu struktur sayap dapat dilipat sehingga mampu menjelajah wilayah yang sulit ditempuh pesawat kecil. ”Untuk pemantauan yang memerlukan terbang lambat, sayap itu direntangkan dengan sistem kendali jarak jauh,” kata Hari Purwanto, Staf Ahli Menristek Bidang Hankam.
Pesawat tersebut dikendalikan melalui sistem komunikasi yang ditempatkan di darat atau remotely piloted vehicle (RPV). Pada UAV-520 ada dua sistem komunikasi, yaitu sistem kendali dan kamera yang secara real time menampilkan citra di layar monitor di darat.
Sebelum mencapai tahap UAV-530, hingga Desember 2007 telah disiapkan tiga prototipe berkecepatan rendah dan berkecepatan tinggi. Prototipe berkecepatan rendah hingga 180 km per jam. Wahana tanpa awak ini mampu melayang di atas ketinggian sekitar 1 km dan radius operasional 15 km.
Prototipe kedua memiliki kecepatan 380 km per jam dengan kemampuan jelajah di atas ketinggian 1 km. Dua prototipe PTTA ini menggunakan minyak tanah. Namun, UAV-530 menggunakan avtur seperti pesawat terbang umumnya.
Sumber: KOMPAS
Berita Terkait:
UAV
- Pesawat Tanpa Awak Tiba Akhir 2013
- Satu Skuadron UAV Akan Mengawasi Perbatasan
- Selain Rudal, Indonesia - China Kerjasama UAV Dan Pertahanan Elektronik
- Menhan : Skuadron UAV Nanti Terdapat UAV Buatan Dalam Dan Luar Negeri
- Menhan : Pesawat Udara Nir Awak (PUNA) Akan Diproduksi Massal
- Menristek : UAV Buatan BPPT Masih Terlalu Berisik
- Presiden Dan Menhan Hadiri Ujicoba UAV
- Spesifikasi UAV Sriti dan Alap-Alap Buatan BPPT
- BPPT Siap Mengembangkan UAV Untuk Militer
- TNI AL Gunakan UAV Dan Satelit Buatan Lapan
- Komisi I : Pengadaan UAV Kemungkinan Bakal Disetujui Oleh DPR
- KSAU : Kita Akan Pelajari Dan Mengembangkan UAV Asal Israel
- Menhan : UAV Akan Menjadi Andalan Di Daerah Perbatasan
- Kemhan Bantah Kirim Nota Protes Kepada Australia
- TB Hasanuddin : Tak Perlu Khawatir Dengan Isu Penempatan UAV AS Di Pulau Cocos
- Jubir Kemhan : Drone AS Bukan Ancaman Bagi Indonesia
- Komisi I : TNI Dan BIN Harus Waspadai Basis Drone AS Di Australia
- Komisi I Meminta Kemhan Kaji Dampak Penggunaan UAV Teknologi Israel
- Wamenhan Jelaskan Rencana Pembelian Pesawat Tanpa Awak Kepada DPR
- Hanggar Dan Kantor Untuk Pesawat Tanpa Awak Telah Disediakan
- Kemhan Telah Mengakui Mengujicoba UAV Searcher MK II Dan Hermes
- Sekjen Kemhan : Kami Telah Bayar Uang Muka Untuk Pembelian UAV
- English News : Don’t Worry About Drones’ Source
- Penglima TNI : Saya Tidak Mempermasalahkan Pengadaan UAV Asalnya Darimana
- Kadispenau : Apapun UAVnya Yang Penting Sesuai Dengan Spesifikasi TNI AU
Teknologi
- Korsel Kembangkan Internal Waepon Bay Untuk Pesawat Tempur K/IFX
- Nipress : 2025, Kami Supplai Baterai Untuk 18 Kapal Selam TNI AL
- Meristek Yakin Indonesia Kurangi Ketergantungan Alutsista Dari Luar Negeri
- ITS : Korsel Tak Tulus ToT Kapal Selam Kepada Indonesia
- EADS Tawarkan Dana Segar $ 2 Miliar Bila Menang Dalam Pengadaan Pesawat Tempur Korsel
- Proses Alih Teknologi Kapal Selam Korsel Masih Berjalan Alot
- Sharp Avionik K Gandeng Elbit System Dalam Pengembangan Proyek LAH Dan KFX
- TNI AL Memilih Simulator Nautis Class A Untuk Pelatihan Kapal Perang Sigma
- Industri Pertahanan Nasional Sudah Menguasai Teknologi Level Menegah
- Bila Diinginkan, Indonesia Dengan Mudah Membuat Senjata Nuklir
- PT DI Akan Produksi Simulator CN-235 Dan Super Puma
- Radar INDRA Akan Dipasang Di Tiga Kapal Selam Indonesia
- Korsel Rilis Bom Korean GPS Guided Bomb Untuk KFX Kepada Publik
- Debat Polemik Pengembangan Pesawat Tempur KFX
- TNI AL Inginkan Tingkatkan Alih Teknologi Dengan AS
- Pengamat : Israel Gagal Membuat Jet Tempur Kfir Yang Tangguh
- TNI AU Kembali Aktifkan ACMI Pekanbaru
- Departemen Pertahanan Bangun Pertahanan Cyber
- TNI Gandeng UI Untuk Mengembangkan Kapal Tanpa Awak
- Menhan : Pesawat Udara Nir Awak (PUNA) Akan Diproduksi Massal
- Menristek : UAV Buatan BPPT Masih Terlalu Berisik
- KSAD : Pembelian Alutsista Luar Negeri Harus Ada Alih Teknologi
- Lapan : Nozzle Roket RX-550 Masih Bermasalah
- Spesifikasi UAV Sriti dan Alap-Alap Buatan BPPT
- BPPT Siap Mengembangkan UAV Untuk Militer
INDONESIA
- Proses Pengecatan Leopard 2A4 Dan Marder 1A3 TNI AD
- Kemhan : Indonesia-Rusia Belum Sepakat Hibah Kapal Selam
- Foto Kedatangan Leopard 2A4 Dan Marder 1A3
- 2014, Dua Helikopter Apache Tiba Di Indonesia
- Indonesia dan Polandia Jajaki Kerjasama Produksi Bersama Alutsista
- Dua Su-30MK2 TNI AU Tiba Di Makasar
- Komisi I Siap Awasi Pengadaan Helikopter Apache
- Indonesia Kirim Degelasi Ke Rusia Untuk Tinjau 10 Kapal Selam
- Kemhan Kirim Tim untuk Pelajari Spesifikasi Apache
- Menhan Tempatkan Satu Squadron Apache Di dekat Laut China Selatan
- Selain Apache AH-64E, Indonesia Juga Tertarik Dengan Chinook
- Komisi I Dukung Pengadaan Satelit Untuk Pertahanan Negara
- Darurat , Tol Jagorawi Dijadikan Landasan Pesawat Tempur
- Rusia - AS Saling Berlomba Dalam Pengadaan Alutsista Indonesia
- Komisi I : Kami Berharap AS Turut Berpartisi Dengan Industri Pertahanan RI
- Komisi I Mendukung Tawaran 10 Kapal Selam Bekas Dari Rusia
- Rusia Tawarkan 10 Kapal Selam Bekas Kepada Indonesia
- 2014, Pemerintah Mengalokasikan Rp 83,4 Triliun Untuk Kementerian Pertahanan.
- Ketua KNKT : Lanud Polonia Harus Aman Untuk F-16
- Hari ini, 4 Kapal Perang Indonesia Show Force Balas Provokasi Malaysia
- KSAD : Helikopter Apache Akan Tiba 2018
- Korsel Kembangkan Internal Waepon Bay Untuk Pesawat Tempur K/IFX
- Islamic Development Bank Fasilitasi Kredit Ekspor Untuk PT DI
- Perancis Tingkatkan Kerjasama Pertahanan Dengan Indonesia
- Indonesia Kurang Teliti Dalam Pengadaan Pesawat Super Tucano Dari Brasil
0 komentar:
Post a Comment