ALUTSISTA ARDAVA BERITA HANKAM CAKRA 401 SUBMARINE DEFENSE STUDIES INDO-DEFENSE INDONESIA DEFENSE INDONESIA TEKNOLOGI RINDAM V BRAWIJAYA THE INDO MILITER
Formil MIK Formil Kaskus Formil Detik.COM
PT.DI LAPAN LEN NUKLIR PAL PINDAD RADAR RANPUR ROKET RUDAL SATELIT SENJATA TANK/MBT UAV
TNI AD TNI AL TNI AU
HELIKOPTER KAPAL ANGKUT KAPAL INDUK KAPAL LATIH KAPAL PATROLI KAPAL PERANG KAPAL PERUSAK KAPAL SELAM PESAWAT TEMPUR PESAWAT ANGKUT PESAWAT BOMBER PESAWAT LATIH PESAWAT PATROLI PESAWAT TANKER
KOPASSUS PASUKAN PERDAMAIAN PERBATASAN
  • PERTAHANAN
  • POLRI POLISI MILITER
  • PBB
  • NATO BIN DMC TERORIS
    AMERIKA LATIN AMERIKA UTARA BRASIL USA VENEZUELA
    AFGANISTAN ETHIOPIA IRAN ISRAEL KAZAKHTAN KYRGYZTAN LEBANON LIBYA MESIR OMAN PALESTINA TIMUR TENGAH YAMAN
    ASEAN AUSTRALIA Bangladesh BRUNAI CHINA INDIA INDONESIA JEPANG KAMBOJA KORSEL KORUT
    MALAYSIA Selandia Baru PAKISTAN PAPUA NUGINI Filipina SINGAPURA SRI LANGKA TAIWAN TIMOR LESTE
    BELANDA BULGARIA INGGRIS ITALIA JERMAN ROMANIA RUSIA UKRAINA
    MIK News empty empty R.1 empty R.2 empty R.3 empty R.4

    Thursday, September 2, 2010 | 4:34 PM | 0 Comments

    Muladi: Perang Jalan Terakhir

    JAKARTA, KOMPAS.com - Pidato Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tidak melulu mendapat hujatan. Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas) Muladi justru angkat topi atas pidato Presiden SBY di Mabes TNI, Cilangkap, Rabu (1/9/2010) malam.

    "Banyak mudharatnya kalau kita mengambil kekerasan, apalagi menutup kedubes. Perang dan penutupan hubungan diplomatik merupakan upaya terakhir," ujar Gubernur Lemhannas Muladi di gedung DPR RI, Jakarta, Kamis (2/9/2010).

    Menurut Muladi, penyelesaian secara diplomasi merupakan langkah tepat mengingat Indonesia menjadi pelopor berdirinya ASEAN. "Jadi ini Indonesia diuji sampai seberapa jauh menjadi pelopor ASEAN," ungkapnya.

    Bukan hanya itu, lanjut Muladi, pilihan berdiplomasi dalam menyelesaikan sengkarut hubungan dengan Malaysia lantaran belum terjadi agresi atas kedaulatan Indonesia.

    "Ini tidak ada agresi, dan kita juga tidak agresi. Karena kalau ada agresi, ada ketentuan dalam hukum internasional, agresi itu kejahatan internasional, dan bisa dihadapi secara kolektif," urainya.

    Mantan Menteri Kehakiman ini menjelaskan, permasalahan krusial saat Ini hanya sebatas perselisihan perbatasan karena belum adanya perjanjian yang telah disepakati kedua pihak.

    "Semalam isi pidato SBY subtansial, tapi memang dengan penampilan lunak," katanya seraya berharap Menlu Marty Natalegawa menindaklanjuti pidato SBY secara tajam.

    "Saya berharap Menlu (Marty Natalegawa) seperti Ali Alatas, harus sistematis, dan penguasaan hukum internasional kuat," ujarnya.

    Sumber: KOMPAS

    Berita Terkait:

    0 komentar:

    Post a Comment

     
    Copyright © 2010 - All right reserved | Template design by ADMIN | Published by MAJU INDONESIA KU
    Proudly powered by Blogger.com | Best view on mozilla, internet explore, google crome and opera.