ALUTSISTA ARDAVA BERITA HANKAM CAKRA 401 SUBMARINE DEFENSE STUDIES INDO-DEFENSE INDONESIA DEFENSE INDONESIA TEKNOLOGI RINDAM V BRAWIJAYA THE INDO MILITER
Formil MIK Formil Kaskus Formil Detik.COM
PT.DI LAPAN LEN NUKLIR PAL PINDAD RADAR RANPUR ROKET RUDAL SATELIT SENJATA TANK/MBT UAV
TNI AD TNI AL TNI AU
HELIKOPTER KAPAL ANGKUT KAPAL INDUK KAPAL LATIH KAPAL PATROLI KAPAL PERANG KAPAL PERUSAK KAPAL SELAM PESAWAT TEMPUR PESAWAT ANGKUT PESAWAT BOMBER PESAWAT LATIH PESAWAT PATROLI PESAWAT TANKER
KOPASSUS PASUKAN PERDAMAIAN PERBATASAN
  • PERTAHANAN
  • POLRI POLISI MILITER
  • PBB
  • NATO BIN DMC TERORIS
    AMERIKA LATIN AMERIKA UTARA BRASIL USA VENEZUELA
    AFGANISTAN ETHIOPIA IRAN ISRAEL KAZAKHTAN KYRGYZTAN LEBANON LIBYA MESIR OMAN PALESTINA TIMUR TENGAH YAMAN
    ASEAN AUSTRALIA Bangladesh BRUNAI CHINA INDIA INDONESIA JEPANG KAMBOJA KORSEL KORUT
    MALAYSIA Selandia Baru PAKISTAN PAPUA NUGINI Filipina SINGAPURA SRI LANGKA TAIWAN TIMOR LESTE
    BELANDA BULGARIA INGGRIS ITALIA JERMAN ROMANIA RUSIA UKRAINA
    MIK News empty empty R.1 empty R.2 empty R.3 empty R.4

    Saturday, October 16, 2010 | 10:29 AM | 0 Comments

    Menuju Kuripasai dengan KRI Hasanuddin

    KRI Hasanuddin

    Tak ada rotan, akar pun jadi. Begitulah akhirnya transportasi yang digunakan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk meninjau korban bencana banjir di kota yang oleh penduduk aslinya dikenal dengan Kuripasai (Wasior) di Kabupaten Teluk Wondama, Papua Barat.

    Presiden tidak menggunakan helikopter, yang jarak tempuhnya lebih pendek, untuk tiba di bandar udara kecil di Wasior dari Manokwari. Namun, Presiden menggunakan Kapal Republik Indonesia (KRI) Sultan Hasanuddin-366, yang berangkat dari Pelabuhan Manokwari menuju Pelabuhan Kuripasai, Wasior.

    Dari Jakarta, Presiden sebelumnya menggunakan pesawat khusus Boeing 737-500, yang disewa dari Garuda Indonesia. Pesawat itu transit sejam untuk mengisi bahan bakar di Bandara Sultan Hasanuddin, Makassar, Sulawesi Selatan.

    Dari informasi yang diterima Kompas, alasan perubahan cuaca yang ekstrem membuat Presiden memilih menggunakan jalur laut, bukan jalur udara.

    Namun, menurut Juru Bicara Kepresidenan Julian Aldrin Pasha, Rabu (13/10), Presiden sejak awal memang ingin menggunakan KRI. ”Selain bisa mengangkut bantuan Presiden, juga untuk membawa rombongan yang lebih banyak dan juga bisa lebih cepat dan aman,” katanya.

    Namun, dengan menggunakan KRI, Presiden Yudhoyono bisa lebih lama tiba Kuripasai, yaitu lima hingga delapan jam. Jika dengan kapal biasa, waktunya bisa mencapai 10-12 jam.

    Perjalanan menuju Kuripasai dilakukan Rabu malam. Sebab itu, Presiden bersama rombongan terpaksa menginap di KRI.

    Sebelum naik kapal di Manokwari, Presiden menyempatkan menemui sekitar 1.000 pengungsi dari Wasior di Lapangan Kodim 1703 Manokwari. Di tempat itu, Presiden menyatakan belasungkawanya dan meminta pengungsi bersabar.

    Presiden Yudhoyono juga mendoakan dan memberikan kekuatan kepada sejumlah korban banjir, yang masih dirawat intensif di Rumah Sakit Umum Manokwari.

    Dalam perjalanan menuju Kuripasai, KRI Sultan Hasanuddin dikawal KRI Fatahilla, KRI Achmad Yani, dan kapal TNI Angkatan Laut, Kalaikai.

    Setelah memimpin rapat, Presiden bersama Ny Ani Yudhoyono menginap di kamar komandan KRI, Letnan Kolonel (Laut) Restiono Kunto. Sementara menteri dan pejabat lainnya menginap di kamar perwira lainnya. Anggota rombongan, seperti wartawan dan Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres), menginap di ruang lainnya, berjubel-jubel.

    Lalu di mana komandan dan perwira lainnya tidur? ”Kami mengalah,” kata seorang prajurit KRI.

    Kapal buatan Belanda tahun 2007 ini tentu memberikan keamanan bagi Presiden dan rombongan. Selain dilengkapi berbagai jenis rudal, torpedo, sampai meriam, kapal berukuran 90,7 meter x 13,2 meter x 3,6 meter dengan berat 1.692 ton ini juga memiliki kecepatan sampai 28 knot. Kapal ini sebelumnya berpatroli di kawasan Blok Ambalat di Kalimantan.

    Memang, dengan keamanan itu, Presiden bisa tepat tiba di Kuripasai pada dini hari. Setelah meninjau Posko Bencana Penanganan Banjir Wasior pukul 08.00 WIT, Presiden menemui sekitar 300 warga dan tokoh adat Wasior yang masih memilih tinggal di Kuripasai.

    Sebelum meninjau Kampung Sanduay, yang kondisinya hampir rata dengan tanah serta penuh dengan batu besar dan batang pohon berikut dengan akarnya, Presiden mengajak warga berdoa bersama.

    Namun, karena harus segera kembali ke Manokwari sebelum gelap, baru 2 jam 40 menit di lokasi itu, Presiden harus kembali ke kapal.

    Untuk mengejar waktu, KRI Sultan Hasanuddin-366 terpaksa ngebut dengan kecepatan penuh di atas 20 knot, meninggalkan KRI lainnya dan Wasior yang jauh di belakang.

    Sumber: KOMPAS

    Berita Terkait:

    0 komentar:

    Post a Comment

     
    Copyright © 2010 - All right reserved | Template design by ADMIN | Published by MAJU INDONESIA KU
    Proudly powered by Blogger.com | Best view on mozilla, internet explore, google crome and opera.